TOL CIPULARANG
Di sebuah sudut kontrakan di Jakarta ada sepasang suami istri, pasangan muda yang sedang bercengkerama di ruangan depan. Sang suami yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir bajay merasakan kehidupan ini sangat berat, apalagi dengan kebijakan kenaikan bahan bakar minyak, terus diikuti dengan kenaikan bahan pokok, semakin menambah beban kehidupan pasangan suami istri tersebut.
“Mah, ayah mau libur hari ini”, kata sang suami
“Emang mau kemane bang?” tanya istrinya
“ada acara sama teman” jawab sang suami
“Tumben-tumbenan adain acara di hari Rabu begini, bukannya malam minggu kek” sahut istrinya
“Iya mah, teman ayah bisanya hari ini” lanjutnya
“Yaudah pah, gapapa, sambil cari bisnisan yang lain” lanjut istrinya
“Siap mah” jawab sang suami
Kemudian sang suami sebut saja si Budi namanya. Pak Budi janjian dngan temannya yg bernama Tomi di stasiun Bekasi. Mereka kemudian naik kereta kommuter dan turn di Cikarang. Sesampainya di Cikarang mereka menuju Terminal Bis dan naik Bis Prmajasa jurusan Garut.
Mereka berdua membayar tarif Bandung dan turun di toll sekitar Purwakarta.
Usut punya usut mereka ternyata mencari tempat Muja atau pesugihan, yang konon adanya di KM 90 Toll Cipularang tersebut. Mereka menyusuri jalanan di sekitar toll untuk menuju lokasi tersebut.
Akhirnya sampailah mereka berdua di tempat yang dituju, yakni KM90. Di situ terdapat 2 (dua) macam tempat pemujaan, yakni siluman Ular dan Siluman Monyet. Si Tony memilih menuju ke Siluman Ular dan si Budi menuju ke Siluman Monyet.
Si Budi akhirnya bertemu dengan kuncen dari tempat pemujaan Siluman Monyet dan setelah daftar ulang serta interview selama beberapa jam, apakah pak Budi mau menerima segala konsekuensinya terhadap hal ini. Dan pak Budi menyanggupinya, asalkan bisa menjadi kaya raya.
“Apakah sdh siap dengan syaratnya” tanya sang Kuncen
“Siap mbah” kata pak Budi
“Siap puasa selama 40 hari di dalam goa sini, pak?” tanya sang Kuncen
“Siap mbah”kata pak Budi
Akhirnya dimulailah puasa 40 (empat puluh hari) tersebut. Pak Budi tidak pernah makan baik di pagi hari, siang har dan malam hari, kecuali hanya minum air dari saluran kecil yang ada di sekitar goa tersebut pada pagi dan sore hari.
Puasa berjalan 10 hari. Pak Budi tetap tenang dan tetap masih semangat, belum terlihat lemas layaknya orang berpuasa. Karena semangatnya untuk menjadi kaya raya.
Menginjak hari ke 11, Siluman Monyet datang kepada Sang Kuncen dan menanyakan.
“Siapa yang sedang tapa di Goa ini?” tanya Siluman Monyet kepada kuncennya
“Ada pak budi dr Jakarta, ndoro” jawab sang Kuncen
“Kalau begini caranya, kerajaanku bisa hancur lebur ini dalam beberapa hari” lanjut sang Siluman
“Loh, mengapa demikian ndoro?” tanya Sang Kuncen
“Usir dia sekarang juga, jangan dikasih masuk lagi” pinta Sang Siluman Monyet
Akhirnya pak Budipun pergi dengan tangan hampa tiada hasil, karena baru bertapa 10 hari sudah disuruh balik. Kata Sang Kuncen disurh pulang karena dengan adanya bapak di sini membuat suasana di sini sangat panas, sehingga Sang Siluman Monyet memperkirakan bisa membakar kerajaan Silumannya.
Usut punya usut ternyata pak Budi dulu pernah ke Suryalaya mengantar seseorang dari Jakarta dan di Suryalaya tamu yang diantarkannya tersebut telah mengambil Talqin Dzikir. Pak Budi hanya menunggu di serambi Pondok Pesantren Suryalaya, namun karena pentalqinan tamunya tersebut terdengar, pak Budi mengikutinya dengan diam dan terduduk di teras Pondok. Antara sadar dan tidak tenyata pak Bbudi juga telah ditalqin oleh Almarhum Abah Anom di Suryalaya.
Jadi ketika ruhnya pak Budi telah ditalqin di Suryalaya, maka Siluman Monyetpun takut dengan ruh tersebut.
Wallahu alam bishawab
KH. Munawwir Al-Mauud S.Ag /27122022
Wakil talqin Abah Aos ra